Rabu, 09 November 2016

KONGRES SASTRA JAWA IV SEBAGAI AJANG PELESTARIAN SASTRA JAWA DAN MENINGKATKAN CITRA UNNES





SEMARANG-Kongres Sastra Jawa IV dengan tema “Mbangun Regenerasi Sastra(wan) Jawa” diselenggarakan di Kampung Budaya, Universitas Negeri Semarang.  Kongres ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 4-5 November 2016. Pada Jumat pagi (4/11), Kongres Sastra Jawa IV resmi dibuka oleh Rektor Unnes, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Acara yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali ini menghadirkan banyak pembicara luar biasa, mulai dari guru, dosen, sastrawan, kepala balai bahasa, peneliti sastra, dalang, anggota DPR-RI, hingga bupati. Sekitar 150 peserta yang berasal dari berbagai kalangan dan daerah  hadir mengikuti rangkaian acara kongres ini.

Pada hari pertama, berlangsung dua sesi acara seminar dengan pembicara dan pembahasan beragam. Salah satunya adalah Widodo, dosen Unnes yang membahas mengenai sastra piwulang Jawa. Dalam pemaparannya,Widodo menyampaikan bahwa ilmu filologi merupakan dasar teori dalam meneliti sastra piwulang sebagai jawaban untuk menyajikan teks secara sahih, agar dapat dibaca oleh orang awam (di luar sastra Jawa). Sesi kedua berakhir pada pukul 16.00 WIB. Pada malam harinya, dilanjutkan dengan acara bedah karya dan pentas apresiasi sastra-seni “Katur Suparto Brata” hingga pukul 22.00 WIB.

Pada hari kedua, Sabtu (5/11) di tempat yang sama, berlangsung acara seminar yang dibagi menjadi tiga sesi dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pada hari kedua ini, kongres kian meriah dan peserta kian bergairah. Kehadiran Ki Enthus Susmono, dalang sekaligus Bupati Tegal sebagai salah satu pembicara, menambah antusias peserta. 

“Mulai sekarang, ambisi-ambisi pribadi mari kita satukan. Singkirkan penyumbatan-penyumbatan kreativitas”, ujar Ki Enthus.

            Bandung Mawardi, kritikus sastra dan pengelola Jagad Abjad Solo, membuat para peserta berdecak kagum dan penasaran. Pasalnya, ia mengungkapkan bahwa ia telah mengoleksi ribuan buku jawa lawas sejak SMA. Buku jawa dari ratusan tahun lalu pun ia miliki. Di kongres ini, ia membawa beberapa buku koleksinya. Salah satunya adalah kamus Jawa-Belanda tahun 1901 yang akhirnya dibeli oleh Ki Enthus jutaan rupiah. 

            “Buku-buku ini sebagai penghormatan saya terhadap budaya Jawa”, tutur Bandung.

            Rangkaian acara Kongres Sastra Jawa IV diakhiri dengan peluncuran buku sastra dan buku ilmiah Kongres Sastra Jawa IV, pentas dan apresiasi, sekaligus penutupan pada Sabtu malam (5/11).

            Menurut keterangan salah satu pantia, Sungging Widagdo, awal mula diselenggarakannya Kongres Sastra Jawa adalah sebagai kongres tandingan dari Kongres Bahasa Jawa. Bahkan, salah satu pembicara dalam Kongres Sastra Jawa IV yaitu Bonari Nabonenar, pada September 2006 pernah dicekal dalam Kongres Bahasa Jawa IV karena sebelumnya ikut meramaikan Kongres Sastra Jawa II. Yunan Hadi (84), yang diduga adalah peserta Kongres Sastra Jawa tertua di dunia, juga sempat menyampaikan argumennya mengenai perbandingan Kongres Sastra Jawa dengan Kongres Bahasa Jawa dengan sangat menggebu-gebu karena ia telah mengikuti kongres bahasa maupun sastra jawa sejak dulu.

            Sungging juga menyatakan bahwa Kongres Sastra Jawa IV ini diselenggarakan oleh OPSJ (Organisasi Pengarang Sastra Jawa) yang didukung oleh Balai Bahasa sebagai ajang sosialisasi pelestarian sastra Jawa. Ia berharap kongres ini juga dapat meningkatkan citra Unnes sebagai kampus berwawasan konservasi. (Khoeriyatun)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar