SEMARANG-Kongres
Sastra Jawa IV dengan tema “Mbangun Regenerasi Sastra(wan) Jawa” diselenggarakan
di Kampung Budaya, Universitas Negeri Semarang.
Kongres ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, yaitu pada
tanggal 4-5 November 2016. Pada Jumat pagi (4/11), Kongres Sastra Jawa IV resmi
dibuka oleh Rektor Unnes, Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Acara yang
diselenggarakan setiap lima tahun sekali ini menghadirkan banyak pembicara luar
biasa, mulai dari guru, dosen, sastrawan, kepala balai bahasa,
peneliti sastra, dalang, anggota DPR-RI, hingga bupati. Sekitar 150 peserta yang
berasal dari berbagai kalangan dan daerah
hadir mengikuti rangkaian acara kongres ini.
Pada
hari pertama, berlangsung dua sesi acara seminar dengan pembicara dan
pembahasan beragam. Salah satunya adalah Widodo, dosen Unnes yang membahas
mengenai sastra piwulang Jawa. Dalam pemaparannya,Widodo menyampaikan bahwa
ilmu filologi merupakan dasar teori dalam meneliti sastra piwulang sebagai
jawaban untuk menyajikan teks secara sahih, agar dapat dibaca oleh orang awam
(di luar sastra Jawa). Sesi kedua berakhir pada pukul 16.00 WIB. Pada malam
harinya, dilanjutkan dengan acara bedah karya dan pentas apresiasi sastra-seni
“Katur Suparto Brata” hingga pukul 22.00 WIB.
Pada
hari kedua, Sabtu (5/11) di tempat yang sama, berlangsung acara seminar yang
dibagi menjadi tiga sesi dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pada hari
kedua ini, kongres kian meriah dan peserta kian bergairah. Kehadiran Ki Enthus
Susmono, dalang sekaligus Bupati Tegal sebagai salah satu pembicara, menambah
antusias peserta.
“Mulai
sekarang, ambisi-ambisi pribadi mari kita satukan. Singkirkan
penyumbatan-penyumbatan kreativitas”, ujar Ki Enthus.
Bandung Mawardi, kritikus sastra dan pengelola Jagad
Abjad Solo, membuat para peserta berdecak kagum dan penasaran. Pasalnya, ia
mengungkapkan bahwa ia telah mengoleksi ribuan buku jawa lawas sejak SMA. Buku
jawa dari ratusan tahun lalu pun ia miliki. Di kongres ini, ia membawa beberapa
buku koleksinya. Salah satunya adalah kamus Jawa-Belanda tahun 1901 yang
akhirnya dibeli oleh Ki Enthus jutaan rupiah.
“Buku-buku ini sebagai penghormatan saya terhadap budaya
Jawa”, tutur Bandung.
Rangkaian acara Kongres Sastra Jawa IV diakhiri dengan
peluncuran buku sastra dan buku ilmiah Kongres Sastra Jawa IV, pentas dan
apresiasi, sekaligus penutupan pada Sabtu malam (5/11).
Menurut keterangan salah satu pantia, Sungging Widagdo,
awal mula diselenggarakannya Kongres Sastra Jawa adalah sebagai kongres
tandingan dari Kongres Bahasa Jawa. Bahkan, salah satu pembicara dalam Kongres
Sastra Jawa IV yaitu Bonari Nabonenar, pada September 2006 pernah dicekal dalam
Kongres Bahasa Jawa IV karena sebelumnya ikut meramaikan Kongres Sastra Jawa II.
Yunan Hadi (84), yang diduga adalah peserta Kongres Sastra Jawa tertua di
dunia, juga sempat menyampaikan argumennya mengenai perbandingan Kongres Sastra
Jawa dengan Kongres Bahasa Jawa dengan sangat menggebu-gebu karena ia telah
mengikuti kongres bahasa maupun sastra jawa sejak dulu.
Sungging juga menyatakan bahwa Kongres Sastra Jawa IV ini
diselenggarakan oleh OPSJ (Organisasi Pengarang Sastra Jawa) yang didukung oleh
Balai Bahasa sebagai ajang sosialisasi pelestarian sastra Jawa. Ia berharap
kongres ini juga dapat meningkatkan citra Unnes sebagai kampus berwawasan
konservasi. (Khoeriyatun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar